Senin, 11 Juli 2011

NYADRAN Tradisi yang dilakukan Masyarakat Dusun Legundi Ds. GempollegundiSebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang di berikan yang maha kuasa.


NYADRAN
Tradisi yang dilakukan Masyarakat Dusun Legundi Ds. GempollegundiSebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang di berikan yang maha kuasa.

Oleh
Sagiyan Taruna Alip

ASAL USUL DESA GEMPOLLEGUNDI
Desa Gempollegundi, adalah desa yang terletak di kecamatan Gudo kabupaten Jombang. Desa ini terbagi menjadi 5 dusun, yakni dusun Legundi, dusun Balongkebek, dusun Gempolan, dusun Pilang dan dusun Metuk.
Desa Gempollegundi Berada di dataran rendah kurang lebih 5 meter di atas permukaan laut, dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian Petani dan Buruh Tani. Hamparan sawah yang subur dan tanaman yang hijau merupakan cirri khas desa ini. Desa ini  berada pada 109 km dari barat daya Surabaya, dan 40 km dari utara kota Kediri.
Di tinjau dari asal usul desa Gempollegundi ini, menurut cerita rakyat, pada zaman dahulu ada 2 seorang nenek dan kakek bernama (mbah sowo). Beliau merupakan manusia pertama yang menempati sebuah desa dan dulu desa itu adalah sebuah Hutan. Nenek dan kakek itulah yang kemudian menebang Hutan itu dan membuat rumah kecil yang terbuat dari  kayu dan atapnya terbuat dari daun tebu yang di keringkan. Beliau lah yang membabat hutan di area Gempollegundi, yang mana untuk di jadikan lahan. Gempollegundi di ambil dari nama sebuah pohon besar yang mana sampai sekarang masih tumbuh dengan lebat. Diameter pohon ini sekitar 7 meter dengan ketinggian 30 meter. Pohon ini berada di pemakaman umun Dsn. Legundi. Pohon ini di keramatkan oleh masyarakat Gempollegundi. Dan sampai sekarang orang-orang dsn Legundi setiap satu tahun sekali selalu mengadakan acara syukuran desa atau di sebut nyadran.
Acara ini sebagai wujud rasa syukur atas keselamatan dan berkah yang di berikan Allah SWT. Acara ini dilakukan di pemakaman umum, karena orang-orang gempollegundi mempercayai bahwa mbah sowo itu adalah babat alas Gempollegundi dan makam mbah sowo itu terletak di sebuah pohon legundi atau orang dusun menyebutnya pohon Bulu. Sehingga untuk menghormati jasanya masyarakat dusun Legundi melaksanakan acara tersebut di area pemakaman dusun Legundi.

A.    Pengertian Nyadran
Nyadran adalah acara sedekah desa yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang berwujud acara ritual yang mana sebagai wujud rasa syukur atas nikmat dan berkah atau keselamatan yang di berikan oleh Allah SWT.
Sebenarnya nyadran bukanlah merupakan acara yang unik. Karena hampir setiap daerah pedesaan melaksanakan acara ini. Namun yang menjadi pertimbangan kami memilih nyadran di dusun Legundi adalah karena pelaksanaan nyadran berada di area pemakaman, namun acara tetap berwujud ke islaman.

B.     Dasar Pelaksanaan Nyadran
Dasar pelaksanaan nyadran di dusun Legundi adalah merupakan sebuah inisiatif dari para sesepuh masyarakat dusun Legundi, baik dari tokoh agama, dan para sesepuh dusun. Acara ini memang di laksanakan di Areal Pemakaman, namun bukan berarti acara ini menyimpang dari Ajaran Islam atau biasa di sebut Syirik, namun acara ini semata-mata adalah sebagai Wujud rasa syukur atas nikmat yang di berikan Allah SWT berupa keselamatan dan rezeki yang telah di berikan, hasil panen melimpah dan kesuburan tanah yang selalu terpelihara.

C.    latar Belakang Nyadran
Nyadran di dusun Legundi Desa Gempollegundi telah turun temurun di lakukan. Mulai dari tahun sebelum Indonesia merdeka, namun memang pelaksanaan acara tidak seperti sekarang, yang mana dulu hanya di wakili oleh beberapa tokoh masyarakat saja. Karena pada zaman dahulu orang takut oleh tentara penjajah. Setelah Indonesia Merdeka tahun 1945, sekitar tahun 1960 warga dusun Legundi mulai melaksanakan acara nyadran ini.
Dulu acara ritual  pelaksanaan Nyadran hanya berwujud bersih desa dengan bekerja bhakti bersih desa bersama-sama. Namun sekarang acara pelaksanaannya adalah dengan membaca Al-Qur’an atau khotamil Qur’an di areal pemakaman, di bawah  pohon Legundi tersebut yang rindang terdapat tempat yang memang di sediakan untuk pelaksanaan acara.
Mengapa acara tersebut di lakukan di Areal Pemakaman?
Berdasarkan wawancara kami dari narasumber yang kami dapat, salahsatu tokoh masyarakat sebut saja Nama: Tohirin, usia 78 tahun. Beliau menyebut alasan kenapa acara di lakukan di Areal pemakaman. “Memang dari dulu acara di lakukan di areal pemakaman. Ini adalah tradisi orang orang terdahulu, oleh karena itu kita tidak dapat merubah tempat pelaksanaan, dan hanya mampu merubah ritual acara. Yang dulu hanya berwujud bersih desa dan bakar sesajen di area pohon yang di keramatkan itu, kini kami isi dengan membaca Al-Qur’an hingga katam di malam pelaksanaan nyadran itu. Kalau ditanya masalah tempat, alas an warga dusun adalah untuk menghormati leluhur (mbah Sowo) sebagai babat alas Gempollegundi, sehingga kami dari pihak tokoh agama tidak masalah, karena acaranya sudah tidak menyimpang lagi dari agama Islam toh tempatnya juga tidak di Areal pemakaman, namun di sekitar pemakaman din bawah pohon Bulu itu”. Dari alas an yang di berikan pak Tohirin, kita dapat menyimpulkan bahwa Nyadran di dusun Legundi yang di lakukan di areal pemakaman dan bukan di Masjid bukan karena menyimpang dari ajaran islam, namun memang alasannya untuk menghargai leluhur dusun Gempollegundi. Acara pelaksaannya juga tetap sesuai dengan Islam yakni tadarus Al-Qur’an. 

D.    Tujuan Acara Nyadran
Seperti yang telah kami jelaskan di atas, tujuan nyadran di dusun Legundi desa Gempollegundi adalah semata-mata Wujud rasa syukur atas Nikmat yang telah di berikan Allah SWT, baik berupa keselamatan penduduk dusun atau Nikmat6 berupa berkah panen yang melimpah, dan tanah yang subur.

E.     Wujud Acara
Wujud acara Nyadran didusun Legundi desa Gempollegundi cukup menarik. Yakni pada pagi hari menjelang pelaksanaan Nyadran, seluruh warga dusun melakukan Gugur Gunung atau bersih- bersih dusun, mulai dari sekitar lingkungan dusun, jalan dusun, hingga areal pemakaman dusun Legundi, serta banyak warga yang nyekar ke makam para leluhur atau ahli kuburnya masing-masing. Acara pelaksanaan bersih dusun tersebut di pimpin langsung oleh tokoh masyarakat serta perangkat dusun dan di hadiri oleh semua perangkat desa Gempollegundi.
Sedangkan pada malam Hari menjelang pelaksanaan Nyadran, Warga Masyarakat tadarus Al-Qur’ an di areal pemakaman, mulai ba’da Isya sampai menjelang Subuh. Banyak warga masyarakat yang dating kea real makam untuk mengaji atau hanya sekedar ngobrol ikut meramaikan malam pelaksanaan Nyadran.
Pada hari pelaksanaan atau keesokan harinya, warga berbondong-bondong ke masjid untuk melakukan do’a bersama dan setiap warga membawa Ayam Panggang satu ekor dan kemudian di bagikan ke semua warga secara bergiliran dengan cara dibagi sama rata setelah acara do’a bersama usai. Kemudian acara ditutup dengan pengajian.
Pada malam harinya, semua warga dusun brbondong-bondong ke rumah salah satu perangkat dusun Legundi untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit yang mana selalu ada ketika acara Nyadran dilaksanakan. Acara ini sekaligus sebagai hiburan bagi warga dusun Legundi dan sekaligus sebagai Penutupan rangkaian acara pelaksanaan Nyadran di dusun Legundi Desa Gempollegundi.